Suara Jiwa
Sampai hari ini aku masih berterimakasih pada salah satu temanku. Yang telah merubah banyak cara pandangku terhadap manusia laiinya. Kuaikui awalnya aku manusia skeptis, gak percayaan, gak mau tau sama yang namanya teman, atau apapun itu yang berkaitan dengan namanya pertemenanan. Rasa besar terimakasihku ingin kuucap tapi tak mungkin, karena sepertinya aku memang tipe orang seperti ini. terlalu sulit mengungkapkan sebuah perasaan lewat lisan, jadi masih jadi lebih baik jika diungkapkan lewat tulisan.
Memaafkan bukan perkara mudah bagiku, membuka hatiku untuk teman yang menerima apa adanya juga bukan perkara mudah. Aku pernah terluka, dalam bahasa psikologisnya disebut korban perundungan. Sangat tidak asyik berada di posisi itu. Semua hal baik yang mendekat padaku selalu diiringi pikiran negatif, setidaknya hal itu yang berhasil diterjemahkan oleh otakku. semua hal pasti ada maunya, semua orang pasti ada maunya, tidak ada yang pamrih, pasti ada keinginan terselubung. Seperti itu parahnya efek traumatis yang ku terima. karena tidak percayanya pada kebaikan hati manusia menyebabkan aku sangat jarang sekali meminta bantuan. sudah kubilang sakit sekali berada di posisi ini. semua manusia, seumuran, lebih tua atau lebih muda, bagiku mereka terkadang seperti serigala yang siap sedia menerkam dan melukaiku kapanpun mereka mau.. aku kadang hanya berucap beberapa kata sehari.. dikelas.. sunyi.. mereka semua jahat... aku tidak tahu kenapa.. jadi aku diam saja agar masalahku tidak semakin berat... karena setiap hal dariku merupakan hal menarik bagi mereka untuk dijadikan sebagai bahan omongan, ejekan, gossip, menyudutkanku, membentak, memarahiku, jadi aku tidak suka mendekat pada manusia, jarang berbicara, untuk melindung diriku sendiri...
Waktu itu sudah berlalu lama.... tapi traumatisnya masih terasa, bahkan saat aku menulis tentang itu semua saat ini...
Aku diajarkan memaafkan karena itu satu satunya jalan terbaik, tidak ada jalan lagi. maka aku mencoba memaafkan masa laluku, mereka dan perbuatannya.. lalu yang kudapat adalah ketenangan hati.. karena setelahnya yang kuperoleh adalah rasa ikhlas, dan berbesar hati menerima semuanya, bagaimanapun masa lalu sudah terjadi dan tidak mungkin bisa diubah bagaimanpun caranya, dan mendendam hanya menambah luka dihati tidak memperbaiki masalah.. nyatanya setelah semua itu kulakukan rasa ikhlaslah yang kudapat, bersyukur pada diri sendiri bisa melewati itu semua dengan sangat baik dan memiliki sikap yang pantang menyerah untuk memperbaiki keadaan dan diri sendiri.
Semua ini berkat temanku juga, dia datang dengan cara yang sangat baik, memberi tahu tapi tidak sok tahu, mengajari dengan cara lembut, memberikan bantuan seolah aku tidak seperti dibantu, jadi aku tertipu secara psikologis, tidak berpikiran negatif atas kehadirannya dalam hidupku. Aku menyayangi seperti aku menyayangi saudara-saudaraku. terkadang aku berdoa untuk kebaikannya, terimakasih sudah mengubahku seperti ini, senyum dan tawa bersamamu merupakan hal yang sangat manis untuk dikenang. Sayangnya waktu rasanya sangat cepat berputar, hingga kita harus terpisah karena masa depan sudah menanti kita.
Ejekan dan tawa bersama, merupakan hal yang ingin selalu kulakukan di masa lalu saat umurku masih usia belia. tapi urung kulakukan karena aku tidak percaya pada namanya teman, aku tidak mau berteman dengan siapapun. jadi aku urung melakukannya. tapi bersamamu semua hal sangat menyenangkan, semua ejekan dan guyonan khas perteman terlontar baik denganmu, aku merasa nyaman, diterima dan rasanya baru kali itu kehadiranku dianggap seperti manusia oleh manusia lainnya.
Aku tau beberapa manusia lainnya menganggapku teman mereka, tapi bagiku itu status quo. hanya sebagai pertanda sosial ku sebagai makhluk sosial yang harus berinteraksi jika masih mau dikatakan sebagai manusia. aku tidak mau berteman dengan mereka, aku takut terluka, jadi aku menjauh saja, meskipun mereka bertanya tanya kenapa aku mengambil sikap seperti itu, tapi tidak ada yang ingin kujelaskan, biasanua aku hanya diam jika mendapat pertanyaan seperti itu. terlalu kasar jika aku menjawab mereka jahat, aku tidak menyukainya atau aku memang tidak ingin berteman dekat dengan siapapun, apapun aku takut terluka, dan aku terlalu pembosan untuk menerima kebaikan karena terlalu sering dijahati, bahkan suatu hari kupikir aku tidak pantas menerima kebaikan... jadi siapapun yang memberiku kebaikan terkadang kubayar kembali, karena rasanya menghantui bagiku jika menerima kebaikan.. dari seseorang yang menurutku tidak dekat denganku.. ah sudahlah, rasa trauma ini sangat menyakitkan..
Bersamanya, langkah ini berubah, tawa ini juga ikut berlefleksi, rasanya indah. setelah temanku ini mengajarkan kebaikan. memberi tanpa harus mengharap imbalan, membantu tanpa harus diminta. rasanya baru sejam yang lalu kami berkenalan dan dia masih tetap disini. tapi faktanya sudah setahun kam tidak bertemu...
Hai temanku yang baik hatinya, ketahuilah, berkatmu duniaku berubah, aku jadi rajin senyum, rajin menyapa, memberikan bantuan kepada teman temanku lainnya, walaupun aku tahu persis mereka kadang salah terjemahan mereka pikir aku sksd but i dont mind hehe.. dari dekat denganmu juga aku belajar untuk berkenalan dengan manusia lainnya, untuk berpikiran positif bahwa setiap manusia pasti juga punya sisi baiknya. dan kamu tahu gak, yang kudapat adalah kebebasan hati ketenangan hati, ternyata manusia baik, selagi kita mampu memaafkan dan menerima diri sendiri, ya ternayta kunci utanya adalah menghargai diri sendiri, memaafkan diri sendiri dan menerima diri sendiri... semua itu kuperoleh setelah kamu mendekat padaku.. berterimakasih pada allah karena sudah menakdirkan agar aku bertemu dan dekat denganmu di kota ini... di jogjakarta...
untuk seorang manusia yang kuanggap sahabat...
Komentar
Posting Komentar